SELALU ADA SAJIAN

 

Selalu ada sajian buat mata. Siaran bencana di televisi, tipu daya murahan iklan kosmetik,  tauran remaja, pertikaian penganut agama. Dunia masa kini suka berjingkrak, warga  cepat mengamuk. Ada yang dipenjarakan karena mengeluh, terjun dari apartemen sebab diancam mafia.

 

Selalu ada sajian buat telinga. Benang kusut retorika kebohongan menenggelamkan lagu puja-puji, dendang nenek moyang, kumandng ayat-ayat suci dari rumah-rumah ibadah. Selalu ada sajian buat didengar,

Buat yang mau mendengar, atau buat yang semata berlagak tuli.

 

Buat hati yang  berpaling selalu ada sajian. Para pengemis di sudut-sudut kota,, kanak-kanak menginjak remaja dengan kaki telanjang, mengintip ke balik kaca hitam mobil Mercedez atau Jaguar. Seorang guru mati ditabrak lari, penganggur membakar diri bersama anak isteri.

 

Seseorang menepuk dada, wajahnya menyimpan dosa, sudah lupa tersenyum

 

Ada kambing hitam mati di atas meja. Dengan darahnya kisah pun ditulis

Alur cerita terputus-putus. Dusta ditutupi dusta baru. Fasihnya tipu-daya

 

Seorang veteran mengenang sepotong kakinya yang hilang di pinggir kali

waktu revolusi. Dihatinya lagu Indonesia Raya tiga stanza. Di halte bis kota ia terbaring menjemput kenangan: untuk apa kakiku hilang?

 

Angin puting beliung berputar-putar mengibaskan debu buat pejalan kaki

Selalu ada sajian untuk orang-orang biasa seperti kita. Selalu ada lagu karena harus berlupa. Cinta dan cita-cita kehilangan ufuknya yang jauh

Di sungai dangkal tempat berenang, luka begitu dekat, dunia hanya dekat

Sejuta anak muda menulis surat cinta pada Indonesia di dunia maya

Setiap hari, malam dan siang mereka ciptakan gelombang pembebasan

Sederap langkah lagi, sebuah balada baru akan selesai buat dinyanyikan

 

 

12.02.10